Setiap siswa memiliki perbedaan dalam proses belajarnya. Salah satu perbedaan tersebut adalah kemampuan mengatur diri dalam belajar atau self regulated learning. Siswa dengan self regulated learning yang baik akan mampu belajar dengan inisiatif sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi self regulated learning siswa adalah efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan self regulated learning pada siswa SMPN X. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini menggunakan 249 siswa SMPN X. Instrumen penelitian ini menggunakan skala efikasi diri dan self regulated learning. Tenik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah product moment. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan self regulated learning.
efikasi diri bandura pdf download
Download: https://inutegyu.blogspot.com/?lc=2vF42i
Siswa dengan regulasi diri yang baik biasanya memiliki efikasi diri yang tinggi akan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu tugas dengan sukses (Ormrod, 2009). Apabila siswa mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, siswa tidak akan mengalami kekecewaan yang mendalam karena siswa mampu mengatasi tekanan tersebut dengan baik. Siswa juga mampu mengontrol, mengevaluasi, dan memodifikasi strategi belajar yang digunakan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dengan demikian, efikasi diri dan regulasi diri perlu dikembangkan dalam diri siswa agar siswa memiliki kemandirian dalam belajar.
Schunk & Zimmerman (1989) menegaskan bahwa individu yang bisa dikatakan sebagai self regulated learning adalah individu yang secara metakognisi, motivasional dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar mereka secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang mereka inginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua dan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (1990) mengajukan sebuah skema konseptual mengenai akademik self regulated yang meliputi enam kunci proses belajar tersebut adalah efikasi diri, penggunaan energy, manajemen waktu, self observation, struktur lingkungan dan pencarian bantuan. Penelitian yang juga dilakukan oleh Cobb (2003) bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah efikasi diri, motivasi dan tujuan (goals).
Beberapa kunci dari proses belajar tersebut, efikasi diri memiliki peranan penting karena barkaitan dengan kesadaran individu untuk memahami dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki untuk bisa belajar. Menurut Bandura (1997) efikasi diri adalah keyakinan individu mengenai kemampuannya dalam mengorganisasi dan menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Sedangkan menurut Baron & Byrne (2005) efikasi diri adalah bagian dari konsep diri yang merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan untuk menangani tugas secara efektif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menangani masalah.
Bandura (dalam Veleyutham, dkk, 2012) bahwa dalam teori efikasi diri yang berpengaruh terhadap perilaku siswa adalah keyakinan yang mereka pegang tentang kemampuan mereka karena siswa lebih cenderung untuk belajar jika mereka percaya bahwa mereka mampu untuk belajar dan mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri dan self regulated learning akan membuat individu tersebut mampu mengelola mengelola secara efektif pengalaman belajarnya di dalam berbagai cara sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Sebaliknya individu yang memiliki efikasi diri yang rendah akan sangat mempengaruhi dalam menyelesaikan tugasnya untuk mencapai hasil tertentu (Abicondro dan Purnamasari, 2011).
Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan beserta pendapat para ahli serta penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan efikasi diri dengan self regulated learning pada siswa di SMPN X.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan self regulated learning pada siswa SMPN X. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi product moment menunjukan bahwa gterdapat hubungan antara variabel efikasi diri dengan self regulated learning. Hal tesebut dapat dibukitkan dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 (p
Nilai koefiesien korelasi variabel efikasi diri dengan self regulated learning pada tabel sebesar 0,773 yang artinya variabel efikasi diri memiliki hubungan yang kuat dengan self regulated learning. Hubungan tersebut bersifat positif yang artinya searah. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri siswa maka semakin tinggi self regulatd learning yang dimilikinya. Penelitian ini terbatas pada efikasi diri dan self regulated learning pada siswa kelas VII di SMPN X.
Self regulated learning yang tinggi akan membuat siswa mudah menerima materi dalam pelajaran sehingga hasil belajar dapat optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi self regulated learning adalah efikasi diri. Bandura (dalam Feist dan Feist, 2011) mendefinisikan efikasi diri sebagai suatu keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka serta kejaidan-kejadian di lingkungan kehidupannya. Efikasi diri memiliki peranan penting karena berkaitan dengan kesadaran individu dalam memahami dan yakin akan kemampuan yang dimiliki untuk bisa belajar. Bandura (dalam Veleyutham, dkk, 2012) bahwa dalam teori efikasi diri yang berpengaruh terhadap perilaku siswa adalah keyakinan yang mereka pegang tentang kemampuan mereka karena siswa lebih cenderung untuk belajar jika mereka percaya bahwa mereka mampu untuk belajar dan mencapai hasil yang diinginkan.
Siswa yang disibukkan dengan full day school, les privat, dan beberapa kesibukan lainnya perlu meningkatkan efikasi diri. Siswa yang memiliki kemampuan efikasi diri dan self regulated learning akan mampu mengelola mengelola secara efektif pengalaman belajarnya di dalam berbagai cara sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal (Abicondro dan Purnamasari, 2011). Kemampuan tersebut dapat tercermin pada kemampuan siswa untuk membuat rencana strategi belajar serta target yang dicapai dalam belajar merupakan karakteristik yang dimiliki oleh siswa yang memiliki self regulated learning.
Seperti dalam teori Cobb (2003), self regulated learning dipengaruhi faktor efikasi diri. Siswa dengan efikasi yang baik akan membuatnya menjadi yakin dengan kemampuannya bahwa ia dapay menyelesaikan tugasnya yang dihadapi. Sebaliknya, seorang dengan efikasi rendah akan membuatnya tidak percaya pada kemampuannya sehingga mudah menyerah. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi pada SMPN X. Siswa memiliki tugas serta aktivitas yang padat. Tugas dan aktivitas yang padat ini perlu dihadapi dengan membuat strategi belajar atau self regulated learning yang tepat. Strategi belajar yang baik akan membuat siswa dapat mengatur diri dengan baik serta belajar yang maksimal. Melihat banyaknya tugas dan aktivitas yang padat memungkinkan siswa merasa tidak yakin dapat menyelesaikannya tepat waktu. Keyakinan yang rendah ini membuat proses belajar terhalangi karena siswa cenderung melakukan aktivitas yang sia-sia dibandingkan mengerjakan tugas yang ada.
Feist dan Feist (2011) menjelaskan bahwa efikasi diri diperngaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah kondisi fisik dan emosional. Emosi yang dimaksud meliputi ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stres yang tinggi. Emosi yang negatif membuat siswa mengurangi performanya terutama dalam mengerjakan tugas. Kecemasan ini dapat beruba kecemasan apabila ia tidak dapat menyelesaikan seluruh tugas tepat waktu. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah pengalaman menguasai sesuatu, modelling sosial, dan persuasi sosial.
Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulyana, Bashori, dan Mujidin (2015) yang menunjukkan bahwa efikasi diri mempengaruhi self regulated learning sebesar 27,4%. Hasil ini memiliki nilai yang tinggi dibandingkan variabel lain yaitu motivasi belajar dan dukungan sosial keluarga. Efikasi diri yang tinggi akan memunculkan perilaku yang lebih aktif dan giat dalam berusaha serta berani untuk menetapkan tujuan yang diinginkan sehingga siswa mempunyai self regulated learning yang tinggi.
Hasil dari penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) yang menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki korelasi dengan self regulated learning sebesar 0,574. Penelitian yang dilakukan Putri (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki remaja, maka semakin tinggi self regulated learning yang dimiliki oleh remaja. Individu yang menggunakan strategi self regulated learning akan memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan strategi self regulatedi learning.
Hubungan efikasi diri dengan self regulated learning dapat dilihat dari aspek-aspek yang saling berhubungan. Menurut Mulyana, Bashori, dan Mujidin (2015), siswa yang memiliki kemampuan dan keyakinan akan dirinya dapat menimbulkan berkembangnya sikap belajar yang positif. Sikap belajar yang positif ini adalah time management dan efford regulation. Time management atau pengaturan waktu yang baik dan bijak dibutuhkan agar dapat mengatur jadwal belajar. Siswa yang yakin terhadap kemampuan dirinya akan mengatur waktu dengan baik. Ia dapat menentukan kapan waktu bagi dirinya untuk belajar, istirahat, dan kegiatan non akademiknya. Pengaturan waktu yang dimiliki oleh siswa akan membuatnya memanfaatkan waktu sebaik dan semaksimal mungkin. Pemanfaatan waktu yang baik akan mempengaruhi prestasi belajar yang baik bagi siswa tersebut.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki hubungan dengan self regulated learning sebesar 0,773 atau 73,3%. Sisanya sebesar 26,7% dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Cobb (2003) faktor lain yang mempengaruhi self regulated learning adalah motivasi dan tujuan. Motivasi ini dibutuhkan agar siswa dapat melaksanakan strategi yang mempengaruhii proses belajar. Tujuan (goal) menurut Cobb merupakan kriteria yang digunakan peserta didik untuk memonitor kemajuan dalam belajar. Faktor lain yang mempengaruhi menurut Mulyana, Bashori, dan Mujidin (2015) adalah dukungan sosial keluarga. Harlock (dalam Mulyana, Bashori, & Mujidin, 2015) menjelaskan bahwa dukungan sosial keluarga berupa penerimaan, rasa percaya, dan perhatian akan meningkatkan kebahagiaan dalam remaja. Kebahagiaan ini akan memunculkan motivasi dalam remaja untuk terus berusaha mencapai tujuannya. Remaja juga mempunyai rasa percaya diri dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi. 2ff7e9595c
Comments